Bersamamu Kuraih Surga (2)
Bisa lepas
dari belenggu laki-laki sebengis Hartono adalah suatu anugrah bagi Hanum. Doa
Hanum,semoga Hartono dapat merubah sifatnya dan menemukan pendamping hidup yang
tepat. Impian Hanum saat ini adalah memiliki pendamping hidup yang bisa
membimbingnya ke arah lebih baik. Dia merasa selama hidupnya jauh sekali dari
tuntunan agama, setelah memutuskan diri berhijrah satu tahun ini, sedikit demi sedikit hidupnya berubah. Lebih
sabar dan semakin dewasa, terus belajar dan mengikuti kajian bersama
teman-temanya. Di kota angin ini juga, dua hari sekali Hanum mengikuti kajian
keislaman.
Pekerjaannya hari ini sangat
menguras fikiran dan melelahkan, mempersiapkan laporan keuangan untuk
menghadapi jadwal rutin pemeriksaan. Mematikan layar komputer dan bersiap
keluar dari kantor.Sore hari ini jadwal kajian, Hanum menyelesaikan pekerjaan
lebih cepat dari biasanya. Bertemu dengan teman-teman kajian adalah sesuatu
yang menyenangkan baginya. Tak jauh dari kantor, Hanum memasuki sebuah rumah
bercat hijau yang bersih dan asri. Nuansa teduh dengan suara gemercik air dari
kolam buatan yang berada di salah satu sudut teras rumah mungil ini. Deretan
sepatu rapi berjejer menandakan sudah banyak rekan-rekannya berkumpul. Hanum
mengucapkan salam dan menyapa rekannya. Ada lima orang teman yang sudah
berkumpul, enam dengan dirinya menandakan sudah semua hadir dan kajian siap
dimulai. Suasana kajian yang hangat dan kekeluargaan membuat Hanum merasa betah
berlama-lama, apalagi tema kali ini adalah sesuatu yang baru diketahui olehnya.
Persoalaan jodoh dan pertolongan Allah SWT seakan menjawab semua persoalan yang
tengah dihadapinya akhir-akhir ini. Waktu berlalu terasa cepat dan tak
bisa berkompromi karena harus kembali membelah jalanan untuk kembali pulang ke
kota udang,
Sehabis shalat Isya, badannya
terasa penat sekali, direbahkannya diatas pembaringan beralas sprei unggu, warna
favorit dan segelas jahe panas sudah terhidang tapi apa daya matanya sudah tak
sanggup untuk berkompromi terlelap dalam mimpi. Terbangun di sepertiga malam
dan mendapati minuman jahe masih diatas meja di sebelah tempat tidurnya. Dingin
tapi masih tetap menghangatkan itulah jahe. Hilang sudah lelah, jatah istirahat untuk tubuh sudah
ditunaikan. Malam yang sepi, sunyi, waktu yang tepat untuk merangkai doa, bersujud
memohon segala kebaikan. Di kamar sebelah Hanum melihat ibunya sudah lebih
dahulu bercengkrama dengan Rabbinya, rutinitas yang selalu dikerjakan dalam
situasi apapun. Sajadah hijau lumut
menjadi saksi taubat dan janjinya untuk mengisi hidup dengan hal penuh makna
dan menjauhi dari yang sia-sia. Disela-sela doa ,Hanum memohon agar segera
dipertemukan dengan jodohnya, imam hidup di dunia. Rutinitas yang coba di
bangun dan betul dirasakan kenikmatannya, menjadikan lebih tenang dan percaya
diri.
Suasana pagi ini di kantor
terlihat sibuk, beberapa orang berseragam biru duduk di ruang tamu atasan
Hanum. Sepertinya tamu yang ditunggu sudah hadir, segala sesuatu sudah
dipersiapkan. Pemeriksaan rutin berkala setiap tahun dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja . Entahlah, Hanum kembali berkutat di depan Layar komputer.
Hari ini suasana hati sedang bergembira, mengenakan gamis berwrna pink bermotif
bunga dan kerudung senada. Hanum sangat pandai memadu padankan pakaian yang
dikenakan dan sudah setahun belakangan ini pakaian panjang bermodel rok terusan
selalu dikenakan. Sedikit berbangga, hari ini pakaian yang dikenakannya adalah
hasil jahitannya sendiri, hobi dan cita-cita yang terpendam dalam dunia
menjahit. Dia bermimpi suatu saat hobi
ini akan ditekuni dengan serius, entah kapan waktu itu datang.
Pintu ruangan terbuka, atasannya
masuk dan memerintahkan Hanum untuk membawa semua laporan yang telah disiapkan
sebelumnya. Setumpuk map segera dibawanya ke ruang pimpinan. Seorang pria berusia separuh baya menerima tumpukan map
dari tangan Hanum. Bergegas Hanum kembali ke ruangan kerjanya, berdoa agar
semua laporan keunagan yang dikerjakan benar dan tak ada kesalahan. Pemeriksaan
ini biasa memakan waktu selama satu minggu, cukup lama juga. Banyak aspek yang
menjadi objek pemeriksaan, diantaranya adalah keuangan, kepegawaian dan
pengelolaan barang. Semua bagian mendapat satu orang yang bertugas sebagai
pemeriksa, termasuk Hanum. Pria paruh baya bernama Heri yang memeriksa di
bagian keuangan. Pa Heri berusia kurang lebih empat puluh tahun dengan wajah
tegas dan berwibawa , sorot mata yang tajam, menandakan ketelitian dalam
memeriksa angka angka. Hanum sangat tenang dan nyaman berhadapan dengan beliau.
“Ada yang bisa saya bantu pa?”
Hanum bertanya.
“bisa dijelaskan tidak?, ada beberapa
angka tidak sama dengan data pada saya” jawab Pak Heri
Hanum mengambil berkas laporan
dari tangan Pa Heri, ada dua tanda
bulatan di atas kertas laporan yang dipegangnya.
“baik pa, segera Saya perbaiki”
jawab Hanum
Hanum kembali larut dalam
pekerjaan menghitung angka-angka,Rasa penasaran timbul melihat angka-angka yang
disajikan ada tidak kecocokan. Akhirnya selama tiga puluh menit berkutat dengan
angka, bertemu juga akar permasalahannya, senyum mengembang di sudut bibir, bergegas
dicetak untuk kemudian di serahkan kepada tim auditor. Begitulah sehari-hari, membuat
laporan keuangan kantor, cukup mengasikkan tapi sedikit membosankan. Kembali
lagi di depan layar monitor, sambil mendengarkan murottal Alquran terasa
menenangkan. Hanum berusaha memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik,
menambah hafalannya. Meskipun hanya lima ayat perhari asal dikerjakan dengan
konsisten, tiga puluh juz pun akan terlampaui. Kebiasaan memurojaah dilakukan
di sela-sela waktu luangnya, membaca dan memahami artinya. Membiasakan sesuatu
yang baik memang membutuhkan proses, tapi Hanum menikmatinya. Perut mulai
meminta jatahnya, teringat pagi tadi belum sempat sarapan pagi, semangkok baso
dengan sambal terasa nikmat di santap pagi menjelang siang ini. Izin keluar
sebentar, Hanum pun meluncur menuju warung baso langganan. Semangkok baso
campur dan segelas teh manis langsung tersaji di depan meja. Hanum tak sadar ada
sepasang mata yang memperhatikannya,
“lapar ya Mbak” suara khas
seorang laki-laki dari seberang meja
“Iya, Alhamdulillah sudah kenyang”
, jawabku
Seorang laki-laki berkulit hitam
dan bertubuh atletis mengulurkan tangannya kepada Hanum, mengajak bersalaman. Reflek
Hanum menundukkan kepala dan menolak secara halus untuk bersalaman. Perasaan
Jengah melihat tatapan laki-laki tak dikenal yang berdiri di hadapannya. Segera
bergegas menuju abang bakso untuk membayar bakso yang baru saja dimakan,
“sudah dibayar neng” jawab abang
bakso menolak uang yang diberikan
“siapa yang bayar Pak? Tanya Hanum
“lelaki di depan neng tadi” jawab
abang bakso
“Kenapa di terima Bang?” tanyaku
bersambung...
Comments
Post a Comment