Bersamamu Kuraih Surga(5)

Hanum ditangani oleh seorang dokter syaraf. Beliau  dr Lukman, seorang dokter yang santun, Kecerdasan tergambar dari gaya berbicaranya. Teliti dan detail sekali dalam melakukan pemeriksaan. Pagi ini kunjungan dokter seperti biasa dilakukan pukul sebelas siang. Dokter Lukman  datang beserta beberapa calon dokter yang sedang magang,

“masih ada keluhan mual dan pusingnya mbak “tanya dr Lukman 
“Alhamdulillah sudah tidak dokter “jawab Hanum
Dokter Lukman memeriksa jahitan di luka di kepalaku, terlihat darah beku dan jahitan yang ,mulai mengering, beliau berkata
“Alhamdulillah, jahitan juga bagus, besok kita buka jahitan”, Tubuh  Mbak panas sekali, demam.
dr Lukman memanggil perawat ruangan, beliau bertanya
“saya minta hasil cek darahnya pagi ini”
Perawat memberikan sebuah kertas, dokter Lukman membaca dan meneliti tulisan diatasnya

“ada sedikit infeksi” beri tambahan antibiotik ya, tangannya menulis sesuatu di atas kertas selesai itu diberikan kembali kepada perawat ruangan.
Satu minggu sudah Hanum berada di rumah sakit, teman dan sanak saudara silih berganti datang mengunjunginya. Hanum mulai merasa bosan terbaring terus di tempat tidur, badannya sudah merasa lumayan nyaman dan sudah siap beraktivitas lagi. Harapannya semoga esok pagi sudah diperbolehkan untuk pulang. Terdengar pintu kamarnya di ketuk, dokter Lukman datang tanpa menggunakan seragam dan bukan pula pada jam kunjung. Dr Lukman mencium tangan ibunya, duduk di samping tempat tidurnya. Hanum benar-benar tidak mengerti ada apa gerangan. Sedikit berbasa- basi menanyakan keadaan Hanum kemudian  beliau memandang wajah ibunya serius, dengan sopan beliau berkata:

“saya mohon izin untuk menikahi putri ibu, apakah ibu mengijinkan?tanya dokter Lukman

“silakan ananda bertanya langsung saja, ibu tidak ingin memaksakan kehendak, ibuku menjawab

Hanum yang sedari tidak mengerti duduk perkara mulai sedikit paham, dr Lukman ingin melamarnya, secepat inikah?
Rasanya baru empat hari Hanum memandang wajah teduhnya, dan dokter Lukman langsung memintanya untuk menikah. Seperti mimpi atau halusinasi. Dokter Lukman menundukkan kepalanya, suaranya mantap dan berwibawa

“maukah kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku” tanyanya
Hanum memandang wajah ibunya, tampak rona bahagia dan senyum tanda setuju

“Insyaa Allah saya bersedia menjadi istri Mas Lukman ”jawab Hanum sambil menundukkan pandangannya. Wajahnya bersemu merah, bahagia
Alhamdulillah, ibu merestui hubungan kalian, bersegeralah untuk menikah, ibundanya menambahkan, sambil tersenyum memeluk Hanum.
Malam itu rasanya seperti melayang, melambung di awang-awang. Bersyukur dan bahagia tak terkira. Ibunya bercerita, sejak awal memeriksa, dokter lukman banyak bertanya mengenai Hanum. Ibunya yang menjawab, sebab Hanum dalam keadaan tak sadarkan diri. Itulah awal dari kemantapan dokter Lukman untuk melamar Hanum. Dua minggu waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan. Waktu yang sangat mepet dan terkesan terburu-buru. Syukuran sederhana yang dihadiri beberapa teman baik dan sanak saudara, menandai pernikahan mereka berdua. Itu juga permintaan dari dokter Lukman dan Hanum. Hanum merasa satu misi dengan Lukman, membawa keluarganya hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hanum merasa dunianya sempurna, memiliki imam keluarga yang bisa membawa diri dan keluarganya berkumpul di surga yang ridhonya. 

Pagi itu tepat dua minggu usia pernikahan, dalam perjalanan menuju kantornya. Pertama kali masuk kerja setelah  menghabiskan masa cuti menikah yang diambilnya. Suara teleponnya berdering, Hanum menghentikan motornya menepi sebentar, dilihatnya nomor klinik tempat suaminya bekerja. Hatinya merasa tidak enak, Hanum menelepon balik telepon klinik, ada suara di seberang sana mengatakan bahwa suaminya mendadak pingsan di ruang praktik dan sekarang berada di ruang ICU salah satu rumah sakit pemerintah. Seketika air mata Hanum tumpah, apa yang terjadi pada suaminya, lindungi dan jaga suamiku doanya. Putar balik menuju rumah sakit, suaminya mengalami sakit yang sangat serius. 
Hanum mendapati suaminya dalam keadaan kritis, berada di ruangan ICU dan tak sadarkan diri. Matany terpejam dan wajahnya pucat sekali. Selang menempel di sana sini. Pecah pembuluh darah otak yang sangat serius.







Comments

Popular posts from this blog

Wisata Belanja Batik Trusmi Cirebon

Mengenal Anggur Pohon,

Mau Seragam Batik Murah, Sentra Batik Asofa Cirebon Tempatnya.