Bersamamu Kuraih Surga (11)
Rencana
bersilaturahmi ke rumah orang tua kandung Aisy sudah ada, tinggal menunggu
waktu luang dari Aisy sendiri. Hanum
sangat berbahagia melihat kesuksesan yang diraih oleh putrinya. Sukses tak
membuatnya silau dengan dunia, tetap
rendah hati dan menjujung tinggi norma-norma agama. Akhirnya diputuskan untuk
berkunjung di akhir minggu ini, Aisy membatalkan sejumlah kegiatan yang
sebelumnya sudah dijadwalkan. Satu jam perjalanan menggunakan pesawat dilanjut
dengan perjalanan darat kurang lebih tiga puluh menit menuju rumah orang tua
kandung Aisy.
Kami tiba di sebuah rumah setengah
tembok sederhana, berwarna coklat dan tidak berpagar. Mas Lukman mengetuk pintu
rumah yang sedikit terbuka, dari dalam rumah keluar seorang anak laki-laki
berumur kurang lebih dua belas tahun.
“mau mencari siapa”?anak
laki-laki bertanya
“Ada bapak Nasihin dan ibu
Ismiyatun? Jawab Mas Lukman
“itu bapak dan ibu saya Pak,
sebentar saya panggilkan”anaak laki-laki itu menjawab
Kami bertiga dipersilahkan masuk
dan duduk beralaskan tikar. Dari dalam keluar seorang bapak sebaya dengan Mas
Lukman. Tampak guratan keriput diwajahnya, Nampak airmukanya sedikit terkejut melihat
kedatangan kami bertiga. Mas Lukman menjabat tangan laki-laki dihadapannya dan
mengenalkan kami berdua. Laki laki yang bernama bapak Nasikhin begitu terharu
sekaligus terkejut menerima kedatangan kami bertiga. Aisy mencium tangan ayah kandungnya, dan bertanya kabar
ibu dan keluarga lainnya.
Sejak Aisy diberikan kepada Hanum
dan Lukman, orang tua kandungnya kembali melahirkan 4 orang anak. Delapan
bersaudara empat laki-laki dan empat perempuan. Aisy sendiri anak nomor empat, ayahnya
bekerja sebagai seorang nelayan dan ibunya menjadi buruh di sebuah pabrik
pengolahan ikan tak jauh dari tempat tinggal mereka. Alhamdulillah ada saudara
yang berbaik hati meminjamkan rumah untuk tempat tinggal mereka sekeluarga.
Penghasilan yang tidak menentu membuat kakak dan adiknya hanya mengenyam bangku
sekolah dasar saja. Menurut bapaknya, asal bisa membaca dan berhitung
itu sudah cukup. Saudara laki-laki pergi melaut bersama ayahnya, sedangkan
saudara perempuan bekerja bersama ibu mereka menjadi buruh pabrik. Ibu Ismiatun sekarang sangat
memprihatinkan, sudah dua bulan belakangan ini beliau jatuh sakit. Badannya
kurus dan menguning. Diagnosa dokter puskemas terkena Hepatitis. Hanum dan
Lukman membawa Aisy di waktu yang tepat. Pertemuan yang mengharukan, aisy memeluk tubuh
ibunya yang terbaring tak berdaya. senyum bahagia dan terharu melihat pertemuan
antara anak dan orang tua yang sudah lama tidak bersua.
Saat ini Hanum dan suaminya sangat
bersyukur sekali. Aisy tengah berbahagia menantikan kelahiran anak pertama
sekaligus cucu pertama juga. Bersama suami hidup berbahagia, menjadi kepala masak
untuk keluarga kerajaan Arab Saudi. Mereka sudah dua kali mengunjungi Aisy.
Aisy juga mengajak dua kakak dan satu adiknya untuk bekerja bersama dengannya.
Orangtua kandungnya juga sudah berbahagia, memiliki sebuah kapal berukuran
sederhana dan cukup untuk menghidupi keluarga. Alhamdulillah penyakit Hepatitis
yang menyerang ibu kandung Aisy juga sudah membaik.
Semenjak Hanum mengundurkan diri
dari pekerjaannya dan memilih fokus untuk membuka usaha di bidang menjahit.
Memilki delapan orang karyawan loyal membuat usaha yang dirintis dari awal
semakin berkembang. Hanum sendiri mulai agak mengurangi pekerjaannya, beberapa
hal bahkan sudah diserahkan kepada karyawan kepercayaannya. Hanum setia
mendampingi Lukman, lelaki yang sangat dicintainya. Masa pensiun, Lukman
memilih untuk berkebun. Berbagai jenis buah-buahan berhasil di budidayakan. Berawal
dari sekedar hobi, sekarang sudah mulai merambah kepada urusan bisnis. Banyak
yang ingin belajar, membeli bibit bahkan membeli buah-buahan yang bisa dipetik
langsung di pohonnya.. Di rumah mereka yang tidak begitu luas, suaminya
menyulap menjadi kebun buah dan bunga yang begitu asri. Lukman membatasi tiga
hari saja untuk orang yang ingin berkonsultasi. Selebihnya, Lukman
larut ditengah kebun dengan aneka
tanaman bercengkrama berlama-lama dan menikmatinya. Pemupukan dan pemeliharaan yang teratur
menjadikan aneka tanaman tumbuh subur dan berbuah lebat. Seakan mengerti kasih
sayang yang diberikan oleh tuannya, dibalas dengan limpahan buah dan daun yang
menghijau.
Jumat pagi yang teduh, gerimis
kecil mulai turun, Hanum melihat Lukman sudah berada di kebun buah. Dengan
topi caping, Hanum memandang Lukman tengah asik memangkas daun-daun yang
menguning. Tiba-tiba Hanum melihat Lukman terhuyung-huyung dan jatuh, badannya
menimpa pohon yang berada di depannya. Hanum terkejut dan berteriak memanggil
karyawan yang berada di belakang. Beberapa orang karyawan sigap mengangkat dan
meletakkan tubuh suaminya ke dalam rumah. Hanum melihat suaminya yang
tak sadarkan diri dan memerintahkan supir mengantarkan ke rumah sakit. Hanum
terus mendampingi , suaminya pingsan dan tak sadarkan diri. Untunglah jarak antara
rumah sakit dan rumahnya tidak begitu jauh. Keadaan Lukman tidak begitu baik, diagnosa dokter adalah stroke. Ini
adalah serangan yang kedua kalinya dan lebih parah dari yang pertama.
Pendarahan di otaknya lebih berat dan kemungkinan besar mengalami kelumpuhan
permanen. Mendengar Vonis dokter Hanum merasa dunianya runtuh, tapi mencoba
untuk tabah dan menerima. Awal menikah Hanum pernah mengalami dan sekarang
kembali terulang. Satu minggu suaminya
tak sadarkan diri. Sanak saudara silih berganti menjenguk dan berdoa untuk
kesembuhan suaminya. Hari Jumat siang, Mas Lukman membuka mata untuk pertama
kali sejak masuk rumah sakit. Hanum sangat berbahagia, kesadaran suaminya
sudah mulai pulih. Tangannya memegang erat jemari Hanum, air matanya meleleh,
tiba-tiba suaminya bersuara,
“Bu..bapak dimana? Tanya
“Bapak di rumah sakit, jangan
terlalu banyak bicara ya” Jawab Hanum
Lukman bertanya Aisy anak semata wayangnya. Hanum mengabarkan Mas Lukman
sudah menjadi kakek, Aisy telah melahirkan, sepasang bayi kembar laki-laki dan
perempuan. Peluk cium dari Aisy dan kedua cucu barunya, diperlihatkan foto Aisy
yang tengah menggendong kedua bayi kecil, Lukman tersenyum, semangatnya kembali
bangkit. Semangat untuk sembuh, terbayang kedua cucunya bermain disela-sela kebun
dan berlarian di halaman rumah persis seperti Aisy kecil. Adzan Ashar
berkumandang, Hanum bergegas menunaikan shalat dan membimbing suaminya .
Hanum memandang wajah suaminya yang tertidur, begitu tenang dan bahagia. Hanum khusu
membaca ayat suci Alquran.
Comments
Post a Comment