Bersamamu Kuraih Surga(4)
Hanum kembali hanyut dalam
rutinitas bekerja. Pekerjaan dan sejumlah kesibukan dapat sedikit melupakan
kegundahan hati akan pasangan hidup. Siang itu, masih di jam istirahat, layar
ponsel bergetar, diliriknya sebentar, ternyata pesan singkat yang masuk. Salam
perkenalan dan menyebut nama serta memohon izin untuk menelepon, tertanda
Haris. Siapa Haris?, mencoba berfikir, pengirim pesan singkat yang barusan terbaca.
Hanum teringat Bu Rubi yang meminta izin memberikan nomor telepon untuk
diberikan kepada rekan suaminya. Haris adalah rekan kerja suami Bu Rubi, ini
terlihat dari kiriman pesan yang masuk setelahnya. Dari nada berbicara,Hanum
mencoba menebak kalau haris berasal dari daerah luar pulau Jawa. Ternyata
benar, Haris adalah lelaki perantauan dari Medan.
Beliau bekerja dan jatuh
cinta dengan kota udang sehingga berencana untuk menetap, Beberapa kali Haris
menelopon Hanum, dari sekedar menanyakan kabar sampai bertanya mengenai
pekerjaan. Tiga minggu komunikasi antara dirinya dan haris hanya melalui suara
atau pesan singkat.
Siang itu, kota angin diguyur
hujan yang cukup lebat, suasana kantor sepi, karena beberapa kawan bertugas di
lapangan. Jam makan siang dihabiskan di dalam ruangan dengan mendengarkan
kajian salah satu ustad terkenal di sosial media. Suara mang Ujang
membuyarkan konsentrasi Hanum
“Maaf mbak ada yang mencari!”
kata Ujang
“Siapa”? Tanya Hanum
“Pak Haris!”Jawab Ujang
“siapa? Haris? Tanya Hanum
“iya Pak Haris Mbak! Jawab Ujang
Agak malas Hanum keluar menemui
tamu , begitu sebentar bertatap muka, langsung di tundukkan pandangan mata .
Keringat dingin dan mukanya pucat, dunia ini kecil ternyata.
“Mbak Hanum? Laki-laki di
depannya menyodorkan tangan untuk berkenalan. Sepetinya kita pernah bertemu
sebelumnya”.
“Iya, saya Hanum, ternyata
sampeyan yang dulu bertemu di tukang bakso”Jawab Hanum sambil terus menundukkan
matanya.
Perasaan Hanum campur aduk antara
serba salah dan sedikit takut. Ini kali pertama Haris menjumpainya. Tapi
sebelum itu mereka pernah bertemu tanpa pernah tahu nama. Haris sendiri
tersenyum simpul, melihat Hanum yang salah tingkah. Dunia memang sempit, susah
payah menghindari orang yang duduk di depannya sekarang ini, eh ternyata hari
ini dipertemukan di kantor. Agak kikuk Hanum berbicara,tapi beliau memantapkan
hati berbicara,
“Mengapa tak memberi kabar
terlebih dahulu” Tanya Hanum
“kejutan” balas Haris sambil tersenyum
Hanum tidak ingin berbincang berlama-lama
dengan lelaki dihadapannya. Baru kali ini memberanikan berbohong, pamit karena
ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
“Mohon maaf mas, ada lagi yang harus
dibicarakan? saya ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan” pamit Hanum
terpaksa mengakhiri pembicaraan.
“Oh iya, saya juga tadi hanya mampir, lewat
depan kantor ini” jawab Haris
Menggunakan kendaraan roda empat berwarna merah
melaju perlahan keluar kantor. Hanum kembali kedalam ruangan kerja. Pertemuan
yang tiba-tiba dan ternyata berakhir dengan kekecewaan. Haris, laki-laki
bertipe sama dengan Hartono. Hanum tidak ingin hubungannya menjadi lebih rumit.
Keputusan terakhir hubungan dengan Haris hanya sebatas pertemanan saja, tidak
lebih,Telepon dan sms dari Haris dibalas seperlunya saja bahkan terkadang Hanum
tak membalasnya. Biarlah Haris menyadari dengan sendirinya, bahwa hubungan
mereka hanya sebatas teman. Hanumkembali disibukkan dengan setumpuk pekerjaan,
membuat harinya berlalu tanpa terasa. Semburat sore ini Nampak tak biasa,
sengaja menepi di pinggir jalan untuk sekedar mengabidakan peristiwa denga
kamera ponselnya. Memandangi sejenak dan bersyukur dengan keindahan lukisan
sang pencipta. Entah terbawa khayalan atau apa laju kendaraan roda dua menjadi
tak terkendali, Hanum merasakan kepalanya berputar hebat dan pemandangan
menjadi gelap.
Hanum
merasakan udara dingin yang menusuk tulang, membuat badannya menggigil, Sempat
membuka matanya sedikit, ada sosok seorang perempuan tua dengan mata basah
memandang ke arahnya. Hanum coba mengingat, tapi tak ada memori apapun yang
tersisa. Tiga hari tanpa memori, amnesia, tapi setelah itu ingatannya berangsur
membaik. Ibu yang senatiasa setia mendampingi selama terbaring di rumah
sakit. Sebuah mobil truk menabrak motornya, Hanum terpental ke sisi jalan.
Kepalanya terbentur aspal. Diagnosa dokter adalah gegar otak ringan.
Comments
Post a Comment