Bersamamu Kuraih Surga (10)
Selesai
shalat Maghrib, kebiasan keluarga kecil ini berkumpul dan berbagi cerita yang
sudah terjadi hari ini. Diawali Aisy yang bertanya kabar kedua orang tuanya,
dan mendiskusikan tawaran bekerja dari kerajaan arab Saudi. Masih cerita Aisy,
tawaran untuk menjadi juru masak kerajaan di peroleh dari rekannya yang bekerja
di kedutaan. Ayahnya membolehkan menerima pekerjaan asalkan sudah bersama
dengan mukhrimnya atau dengan kata lain sudah menikah. Hanum pun mengaminkan
pendapat suaminya. Aisy tersipu malu, jangankan untuk menikah berpacaran saja
belum pernah jawab nya. Jawaban Aisy memacing ayahnya untuk bercerita, bahwa
ayah dan ibunyapun tidak pernah kenal atau berpacaran sebelumnya. Hanum
menambahkan justru berpacaran menimbulkan banyak keburukan dan berdosa.
“Semoga jodoh untuk Aisy segera
hadir”, “aamiin” jawab Hanum dan Aisy kompak
Usia Aisy masih terbilang muda,
tapi cara berfikirnya sudah cukup dewasa. Hanum merasa waktu begitu cepat
berlalu, rasanya baru kemarin mengantarkan Aisy masuk sekolah dasar, sekarang
sudah menjelma menjadi seorang gadis sholehah, cantik dan mapan. Mereka bertiga
menghabiskan waktu bersama, bercanda dan mengenang masa lalu. Mas Lukman
menghentikan perbincangan dengan jarinya menepel diatas mulutnya, tanda beliau
ingin berbicara serius. Aisy dan Hanum paham isyarat yang diberikan, mereka
berdua mendengarkan dengan seksama apa yang akan diunkapkan oleh laki-laki dihadapannya. Mas
Lukman ingin membicarakan masalah inti, beliau ingin memberitahukan jati diri
Aisy. Aisy sedikit terkejut mendengar perkataan bapaknya.
Beliau sangat menghormati dan menyayangi laki-laki yang duduk dihadapannya.
Mendengar semua penuturan bapak dan kemudian bergantian memandang ibu, bergantian Aisy memandang keduanya.
Airmata Aisy meleleh, membasahi pipinya yang putih gebu. Menanyakan kepada mereka berdua mengapa baru sekarang di ceritakan asal-usul siapa diri yang
sebenarnya. Bapaknya merasa ini waktu yang tepat, Aisy sudah cukup dewasa dan
harus tahu siapa orang tua kandung yang sebenarnya. Bapaknya menginginkan
agar silaturahmi dan pertalian darah antara anak dan keluarga kandung tidak terputus
Tiba- tiba Aisy berkata :
“Bapak dan Ibu, Aisy sayang
kepada kalian berdua, sayang sekali meskipun kalian bukan orang tua kandungku,
kalian yang merawat, membesarkan dan menjadikan Aisy seperti saat ini,
terimakasih dan salam hormat Aisy untuk Bapak dan Ibu, Aisy belum bisa membalas
sedikitpun jasa ibu dan bapak, semoga Allah swt menjaga dan melindungi,
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada ibu dan bapak”
Aisy memeluk kami berdua, tangis
kami bertiga pecah, terharu. Hanum tidak mengira, Aisy begitu kuat dan sangat
dewasa. Sikapnya lembut dan santun sekali. Aisy juga mengajak ibu dan bapaknya
untuk mengunjungi kediaman orang tua kandungnya.
Comments
Post a Comment