Lolos dar Maut


Semalam rasanya sulit sekali memejamkan mata. Meski badan ini lelah tapi mata sulit untuk dipejamkan. Lesu dan tidak bersemangat pagi ini memang efek dari semalam. Kucoba menggerakkan badan,  ke kanan dan  ke kiri. Sendi-sendiku berbunyi, berasa sudah tua. Sarapan pagi sudah tersedia di meja makan
“ayo sarapan tante Tian” celoteh Rani 
“iya ”jawabku singkat
Keponakanku, dua belas tahun dan duduk di kelas tujuh sekolah menengah pertama, bersemangat sekali untuk berlibur. Hari ini kami berdua berencana menginap di salah satu hotel berbintang. Berencana menginap karena voucer pemberian kawan baikku. Sekedar untuk menyegarkan badan dan pikiran, rehat sejenak dari rutinitas kerja yang membosankan tanpa membuat kantong bolong, hanya di sekitar kota, makan dan menginap gratis. Teman baikku, seorang lelaki berbadan tegap, berkulit hitam manis, dan berkumis tipis. Kukenal sejak di bangku sekolah menengah pertama dan sampai sekarang silaturahmi masih terjaga. Beliau bekerja di salah satu hotel besar yang ada di kotaku. Kariernya lumayan bagus, dan terakhir beliau menjabat sebagai orang kedua, alias kepercayaan dari pemilik hotel.

Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke hotel. Kutarik tangan keponakanku yang asyik bermain handphone untuk segera masuk lobi.  Langsung menuju resepsionis dan memberikan voucer menginap ke petugas. Sekali lagi kutarik lengan keponakanku agar bergegas menuju kamar hotel yang sudah kupegang kuncinya. Kurebahkan kepala di atas bantal empuk, langsung terlelap. Entah apa yang dilakukan oleh keponakanku. Beliau asyik dengan handphone nya, ditambah dengan gratis akses internet. Kubalaskan tidurku yang tidak nyenyak semalam, nikmat sekali. Terbangun menjelang sore hari, sekarang giliran ponakanku yang asyik mendengkur. Kuseduh secangkir kopi pahit, nikmat rasanya. Berencana untuk berenang, tapi apa daya badanku kurang nyaman. Kuputuskan berada dalam kamar saja. Berbaring sambil menonton acara televisi. Praktis semalam suntuk kegiatanku hanya menonton televisi, tak mengapalah, berharap esok hari badan lebih fit dan semangat.

Pagi hari bergegas mandi dan turun untuk sarapan pagi. Bersama ponakanku berdua. Tidur yang cukup ,membuat badan ini terasa segar. Selesai sarapan kita berdua bergegas meninggalkan hotel, masih ada dua hal lagi yang mesti aku selesaikan hari ini. Tugas kantor prioritas utama yang aku kerjakan, setelahnya baru rencana pembahasan usaha baru bersama partner. Sesampainya dirumah bergegas kubuka laptop dan segera kuselesaikan tugas laporan keuangan kantor. Selang tiga puluh menit, entah kenapa mata ini berkunang kunang dan badan terasa lemas. Perut juga tidak bersahabat, sakit melilit dan serasa ada makanan yang ingin dimuntahkan. Merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku, mencoba mengingat apa saja yang sudah masuk dalam tubuh ini., semua makanan hotel, hari ini hanya makanan hotel yang masuk dalam perutku. Rasa sakit yang makin hebat, kepalaku semakin berputar, sulit untuk membuka mata. Mata ini rasanya ingin terpejam, semua gelap dan aku tak sadarkan diri.

Kudengar sayup-sayup bacaan ayat suci diperdengarkan, mencoba membuka mata tapi tak kuasa, kembali rasa kepala ini seperti berputar dan leher tercekik. Samar kulihat sesosok wajah yang aku kenal, ibuku. Ada air mata di pipinya, di sebelahnya duduk keponakanku. Ibuku menanyakan kepada Rani, mengenai  kegiatan apa saja yang dilakukan bersamaku selama di hotel. Beberapa kali tidak sadarkan diri, membuat ibuku curiga. Dibawa ke dokter pun, tak ada penyakit yang terdeteksi. Semua anggota keluarga diliputi perasaan sedih, menurut ibuku, aku pingsan tiga jam., badanku dingin dan kaku. Terkadang tersadar, namun meronta-ronta. Mataku melotot dan lidah terjulur, dalam perasaanku, seperti dikejar oleh sesosok makhluk mengerikan. Mahluk hitam, besar dan berbulu, matanya memerah, dengan gigi yang tajam menyeringai. Mahluk menakutkan itu mencoba menarik dan menyeretku, sekuat tenaga aku berontak, berlari. Terjatuh aku, dan makhluk hitam berhasil menangkap kakiku, menarik paksa dan bahkan menjambak rambutku. Sakit sekali, tapi aku berusaha meronta, kugigit tangan berbulu sekuat tenaga. Mahluk hitam itu hanya menyeringai, bahkan cengkeramannya semakin kuat ditubuhku. Terasa hancur tubuhku, menangis dan meminta tolong. Kubaca ayat suci alquran yang terekam di otakku. Memohon bantuan yang maha kuasa untuk membantu melepaskan makhluk menakutkan itu. Aku tak kuat lagi, tubuhku lelah dan sakit, seretan makhluk hitam itu sudah tak terasa lagi, entah dialam mana berada.

Alternatif pengobatan, ibuku memanggil seorang ustaz dan teman beliau. Seorang perempuan muda, berusia dua puluh tahun, kurus dan berkulit hitam manis. Menurut ibuku, kedua orang tersebut yang membantu menyembuhkanku. Perempuan muda berparas manis duduk di samping, dan memegang kedua ibu jariku. Sedangkan Pa ustaz membacakan ayar suci Alquran. Mulut perempuan tadi komat kamit, entah apa yang dibaca, selang dua puluh menit kemudian aku tersadar. Aku tersadar seperti terbangun dari mimpi. Berkumpul di sekelilingku orang-orang yang aku kenal. Aku melihat perempuan muda disampingku tersenyum, masih memegang tangan kananku. Kulihat ada seulas senyum di sudut bibir ibuku, berulang kali mengucap kata syukur. Alhamdulillah keadaan sudah membaik. Ibuku bertanya kepada gadis berparas manis, apa sebenarnya yang terjadi. Beliau menjelaskan bahwa sakit yang tiba-tiba diderita olehku adalah tidak wajar.

Ada seseorang yang mencoba mencelakkanku, bahkan hampir saja membunuhku. Alhamdulillah Allah Swt. masih memberikan kekuatan, lewat tangan perempuan tadi. Perempuan paruh baya itu bercerita, tarik menarik dengan makhluk yang bermaksud jahat padaku. Gambaran makhluk yang beliau ceritakan sama dengan yang kualami di alam bawah sadar. Terjadi dialog antara wanita yang membantu dengan makhluk hitam tersebut. Mahluk menakutkan itu bersikeras membawaku ke alamnya, aku adalah tumbal persembahan yang dijanjikan oleh seseorang untuknya. Wanita yang menolongku memerintahkan makhluk tersebut untuk meninggalkanku, jangan mencoba mengganggu diriku, apalagi mencelakainya, kembali kepada orang yang mengirimnya. Akhirnya dengan dialog yang cukup alot, makhluk tadi berkenan meninggalkan ragaku, itu pun dengan berbagai macam syarat. Semua syarat bisa diatasi oleh wanita yang menjadi perantara penolongku sudah berhasil dipenuhi . Alhamdulillah kesadaranku pulih seperti sedia kala. 

Mendeteksi dari mata batin wanita yang menolongku, beliau mengatakan bahwa pemilik hotel yang bermaksud tidak baik. Mencelakakan orang lain demi keuntungan pribadi. Beliau mengembalikan makhluk jahat kepada pemiliknya. Syukurlah semua masalah telah teratasi. Pelajaran untuk kita agar jangan sembarangan menerima sesuatu pemberian yang gratis. Meskipun dari orang terdekat. Perkuat keimanan kita, dan selalu bersandar dan minta pertolongan pada yang Maha Kuasa, 


Comments

Popular posts from this blog

Wisata Belanja Batik Trusmi Cirebon

Mengenal Anggur Pohon,

Mau Seragam Batik Murah, Sentra Batik Asofa Cirebon Tempatnya.