Tunggu Ibu Ya Naak

Mengandung dan melahirkan memberikan kenangan tersendiri buat saya, mendalam sekali dan penuh hikmah. Hikmah dan cobaan yang Allah pilih dan berikan kepada saya, karena Allah juga yang memberikan keyakinan untuk saya agar mampu menghadapinya. Enam tahun yang lalu, berawal di ruang praktik dokter kandungan, saya terkejut mendengar penjelasan dokter, terasa bagai petir di siang bolong, sedih sekali. Dokter menjelaskan keadaan kandungan saya yang kurang baik, kemungkinan ada masalah dengan calon bayinya. Jatuh berderai air mata, rasanya galau, sedih dan khawatir, ini adalah calon Anak pertama kami, yang sudah 4 tahun kami rindukan kehadirannya. Takdir Allah swt,  terdeteksi kelainan yang ada pada calon bayi saya, sementara dari pemeriksaan sebelumnya dinyatakan baik dan tidak ada masalah apa pun . Dokter kandungan juga meminta saya melakukan pengecekan detak jantung bayi. Pemeriksaan denyut jantung sehat,  dokter merasa penasaran dan menyarankan untuk kembali keesokan harinya karena akan dilakukan pengecekan dan observasi secara menyeluruh terhadap saya dan bayi dalam kandungan.

 Perjalanan sore itu terasa berat sekali, sesampainya di rumah, terngiang terus ucapan dokter. Stres membuat kandungan saya kontraksi, pagi hari air ketuban merembes, karena panik dan khawatir saya bergegas menemui bidan,  pemeriksaan awal kelahiran dilakukan. Belum ada tampak tanda kelahiran itu perkataan bidan, hanya kontraksi awal, karena bulannya pun belum cukup masih jauh dari tanggal perkiraan melahirkan. Untuk menghilangkan rasa kekhawatiran, bidan menyarankan saya untuk segera ke rumah sakit, karena air ketuban yang terus merembes namun tidak dibarengi dengan kontraksi dari si jabang bayi .

Sore harinya saya di rujuk ke salah satu rumah sakit, pemeriksaan awal dilakukan, masih ditunggu juga untuk proses kelahiran normal, sehari semalam saya menunggu pembukaan, namun tak juga bergeser prosesnya, hanya di pembukaan satu. Dokter mengkhawatirkan keadaan bayi dalam kandungan saya, sehingga diputuskan operasi caesar sebagai jalan terbaik. Persiapan awal operasi segera dilakukan dan jadwal operasi sudah ditentukan. Ya sehabis shalat Isya, jadwal operasi caesar saya akan dilaksanakan. Lantunan doa terus dipanjatkan, saya meminta permohonan maaf ke pada ibu saya, mertua dan saudara saya. Seumur hidup saya baru pertama kali masuk ruang operasi dan berharap ini juga yang terakhir. Bismilah, saya berdoa dalam hati agar dilancarkan prosesnya. 
Mulai lah dokter melakukan tugasnya, sebetulnya saya sangat takut jarum suntik dan benda -benda yang berbau medis, tapi demi sang buah hati, saya rela mati. Untuk prosedur operasi caesar sendiri, saya hanya di bius atau mati rasa dari perut sampai ke kaki, jadi  percakapan dokter serta suster di ruang operasi bisa di dengar. Saya terus menunggu untuk mendengar suara tangis bayi, tetapi kenapa ini tidak terdengar ya. Saya semakin heran dan penasaran, lalu bertanya pada suster yang mendampingi, dimana bayinya, rasanya ingin melihat dan memeluknya, Suster menjawab, anak ibu laki- laki, tetapi kondisinya kurang sehat, harus istirahat dan di observasi, masuk ruang nicu. Meleleh air mata saya, maafkan ibu ya nak, ibu yang salah. Malam itu jangankan untuk  memeluk bayi, melihatnya pun saya belum  dijinkan. 

Berusaha untuk cepat sembuh dan sehat karena ingin sekali melihat anak, ya.. saya berusaha bangkit, dan berjalan, meski tertatih menahan sakit bekas operasi semalam. Saya minta kepada suster untuk mengantar saya ke ruangan bayi, hanya bisa memandang dari ruangan kaca. Dengan menggunakan kursi roda dan sore harinya akhirnya bisa sedikit leluasa untuk melihat kondisi bayi. Di sebuah inkubator , saya pandangi tubuh anak saya yang terpasang banyak selang, jatuh berderai air mata ini. Ya Allah, sedih sekali, kalau boleh ibu saja yang menggantikan posisimu nak, angkat semua penyakit anak hamba, doa itulah yang senantiasa  dipanjatkan di setiap waktu.

Berdiskusi dengan dokter anak yang menangani, untuk memberikan pengobatan dan tindakan yang tepat dan terbaik. Hanya dua hari saya di rumah sakit, setelah itu diperbolehkan pulang. Sementara itu, anak saya masih di rumah sakit karena kondisi yang belum memungkinkan. Setiap hari saya pergi ke rumah sakit, memberikan asi perah untuk anak saya. Berharap kesehatan anak saya membaik dan segera pulang.

Sembilan hari sudah sejak kelahiran anak saya, dan selama itu juga masih dilakukan perawatan dan pengobatan yang terbaik bagi anak saya, doa dan dukungan dari kerabat terus berdatangan, berdoa untuk kesembuhan anak saya. Dan puncaknya, malam ke sepuluh  terdengar suara telepon berdering  , terlihat di layar..nomor rumah sakit, langsung saya angkat. Terdengar suara suster, anak saya dalam kondisi kritis. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, saya dan  suami bergegas ke ruangan Nicu. Terlihat anak saya sudah dalam kondisi tenang, di berikan penjelasan oleh dokter, bahwa anak saya tadi lupa nafas dan sudah diberikan suntikan untuk memacu jantungnya. Efek obat hanya empat jam, kembali lagi anak saya lupa nafas, saya minta kepada suster untuk mengizinkan saya menggendongnya. Saya peluk erat, berbisik lembut di telinganya ,  kuat ya Nak, jagoan ibu. Makin kuat dan erat saya peluk tubuh mungilnya. Saya melihat di sudut mata anak saya menetes air mata. Ya Allah , anak saya mendengar suara ibunya. Izinkan saya untuk membesarkannya, saya berdoa, terus berdoa.

Malam semakin larut, saya tetap terjaga, di luar ruangan Nicu. Adzan Subuh berkumandang, saat itu juga suster memanggil saya dan suami, kembali kondisi anak saya drop, dan dokter sudah memberikan usaha maksimal. Selesai adzan subuh, anak ibu, Fawwaz Bagas Arsandi,  kembali ke pangkuan Illahi. Ya Allah, air mata ini jatuh berderai , tumpah. Kucium dan kupeluk erat, tunggu ibu ya naak..

Hari itu, 2 Mei 2011, kelabu, sendu, menuju pemakaman. Kudekap erat jasad anakku. Ya sepanjang jalan menuju pemakaman, ibu menggendongmu nak, terakhir kali. Selamat jalan anakku, doa ibu selalu menyertaimu, maafkan ibu yang belum bisa memberikan sedikit pun kebahagiaan bagimu, bahagia selalu di sisiNya, dan tunggu bapak dan ibu ya. Semoga kita bisa berkumpul kembali di surga-Nya, aamiin YRA.

Comments

  1. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun . Allah maha Adil Ummu , insyaallah yang terbaik.

    ReplyDelete
  2. Semoga jadi tabungan akhirat utuk ayah bunda 😢

    ReplyDelete
  3. Semoga jadi tabungan akhirat utuk ayah bunda 😢

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, semoga menjadi tabungan orangtua kelak. Aamiin

    ReplyDelete
  5. Aamin YRA, jazakillah katsiran untuk doanya,

    Haturnuhun sudah mampir ke blog saya

    ReplyDelete
  6. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
    Saya ikut sedih bunda, saya yang mengalami keguguran saja sedihnya sekali, apalagi bunda.

    Insyaallah jadi ladang tabungan untuk bunda dan keluarga menuju syurgaNya.

    ReplyDelete
  7. Innalillahi wa inna illaihi rajiun..

    Sabar yaa Bun. Adik kecilnya menjadi tabungan di akhirat untuk ayah bunda nya. Semoga dipertemukan kembali di Jannah-Nya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Wisata Belanja Batik Trusmi Cirebon

Mengenal Anggur Pohon,

Mau Seragam Batik Murah, Sentra Batik Asofa Cirebon Tempatnya.