Luka Hati

“Anggaran tambahan sudah turun Bu”, segera dipersiapkan untuk prosesnya, sepintas terlihat pesan muncul dari layar handphoneku. Deg. Seketika itu juga terbayang kejadian empat bulan lalu, emosi dan luka ini memerah kembali.
Aku terdiam seperti terdakwa,
“gubrak, seonggok pakaian dan beberapa berkas mendarat tepat di depan kakiku” duuh apalagi ini, hatiku penuh tanya.
“Ambil semua, kerjaan tidak ada yang benar, kamu bekerja ngawur, Saya tidak suka, buang  sana, cuma tempat sampah tempat yang cocok untuk itu” teriak dan makian kepala kantorku.
Di kelilingi oleh beberapa orang, yang masih saya ingat dengan jelas wajahnya satu persatu. Entah apa maksudnya, seringai kemenangan dan kepuasan nampak di mata orang- orang itu. Maksud mereka melaporkan terpuaskan. Saya siap mempertanggungjawabkan, ini hanya urusan di dunia, batinku, kubereskan sampai tuntas masalahnya, terima kasih untuk makian dan hardikannya. Masalah sederhana, tapi saya baru mengetahuinya  setelah semuanya terjadi, kejadian yang tiba tiba dan membuat trauma.  Saya dipanggil lalu diadili bagai seorang terdakwa. Manusia memang tidak ada yang sempurna, tempatnya salah dan penuh dosa, saya mengakuinya.

Sudah cukup, perlakuan itu kuterima, pelajaran berharga dan akan teringat sepanjang masa. Berlatar belakang kejadian tadi memperkuat keinginan untuk segera pergi dan meningkatkan  kapasitas diri. Kembali kubuka berkas kepindahanku, dan kuhubungi kembali pihak pihak yang terkait. Semua memang sudah ada ketentuannya, dan Alhamdulillah ada saja jalannya. Tidak putus untuk terus berusaha dan berdoa. Mengenai kepindahanku, rasanya ada yang aneh, empat bulan sudah prosesnya, tapi tidak ada kabar berita. jika semua berkas persyaratan terpenuhi, biasanya hanya dalam hitungan hari sudah selesai. Kucoba datang ke instansi yang menangani urusan kepindahan pegawai. Pagi sekali saya sudah bergegas pergi, setelah sebelumnya mengecek kembali semua berkas. Perjalanan ditempuh selama enam jam, tepat tengah hari akhirnya saya sampai ke tujuan. Bagian front office menjadi tujuan utama saya, berkas dalam tas dikeluarkan,
“Ada yang bisa di bantu Bu?, tanya pegawai recepsionis ramah
“Maaf mba, saya mau menanyakan berkas proses perpindahan saya” jawabku
“Masuk berkas kapan bu, tanya petugas kembali, “
“Sekitar bulan Februari Mba, dan belum ada kabarnya ya, apa ada kendala” jawabku sambil menyerahkan berkas arsip perpindahan.
“Sebentar saya cek ya bu,” balas petugas
Kurang lebih sepuluh menit saya menunggu, akhirnya nama saya kembali dipanggil, “bu, sebentar saya panggilkan petugas yang biasa menanganinya ”
Tidak lama keluar seorang bapak paruh baya, beliau menanyakan arsip berkas perpindahan, dicek satu persatu, untuk kemudian beliau tanda tangani penerimaan berkas.
“Ibu kembali minggu depan ya”, segera saya proses jawabnya
Dalam hati saya membatin. Empat bulan kemarin berkas saya ditaruh dimana pa, tapi sudahlah.
“Terimakasih Pa”, jawabku sambil berlalu
Sementara selesai sudah urusan, beranjak saya pergi, Mushola, tujuan saya, tepat di samping kantor. Sejenak bersimpuh mencurahkan isi hati, semoga Yang maha Suci mempermudah urusan saya yang satu ini. Beranjak keluar mushola, tiba tiba pundak saya ada yang menepuk
“Teh, masih kenal saya?”, sesorang bertanya, saya mencoba mengingat
“Teh Indri ya..Masya allah, senang jumpa ,” apa kabar teh?” lancar saya menjawab
“Baik, sekarang saya bertugas di sini.” Jawab teh Indri
Alhamdulillah, batin saya dalam hati, akhirnya saya temukan teman disini.
Berbincang hangat dan intens , saya ceritakan juga perihal perpindahan saya, dan memang Allah datangkan rezeki dari arah yang  terduga, beliau bersedia membantu saya, Alhamdulillah, Allah Akbar.  Segala Puji hanya Milik Allah, doa saya di ijabah, hanya dua hari proses perpindahan selesai. 

Pagi yang indah, hangatnya mentari, membawa semangat baru, semoga bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Teruslah berbuat baik, seperti  matahari yang menyinari bumi, tidak pernah lelah. Jangan coba ungkit kembali, cukup sekali dan sampai matipun hati ini tak ingin kembali, apapun yang terjadi. Maaf kan khilaf dan dosa, saya hanya manusia biasa. Saya juga sedang belajar menghapus semua memori yang menimbulkan luka, untuk bangkit, dan berdoa untuk satu kata “pasti kamu Bisa”.



Comments

  1. "Kamu pasti bisa" adalah mantera paling manjur menularkan sugesti positif.

    Ada beberapa typo bunda, ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Wisata Belanja Batik Trusmi Cirebon

Mengenal Anggur Pohon,

Mau Seragam Batik Murah, Sentra Batik Asofa Cirebon Tempatnya.