Kehilangan

Kulihat dari kejauhan dua buah motor berpelat merah beriringan masuk ke area parkir kantor. Berboncengan Mas Gugup dan  Mas May, sedangkan satu motor Mas Heri. Tergesa gesa mereka memarkir motor, untuk kemudian bergegas masuk. Kuamati jelas gerak gerik mereka bertiga dari balik jendela. Trio yang selalu rukun, untuk urusan kantor sekalipun mereka harus pergi bertiga. Usia yang tidak terpaut jauh menjadikan persahabatan mereka sangat erat. Masuk ke dalam suasana kantor berubah menjadi ceria, suara canda khas dari Mas Gugup langsung terdengar menyapa telinga. 
"Hai Mba, sendirian saja", Ucap Gugup.
"Ya sendirilah, memang di pasar rame, ini kan kantor", jawabku ketus. 

Entah mengapa satu minggu ini aku merasa takut sekali kehilangan. Perasaan yang timbul tiba- tiba seperti akan ada perpisahan yang menyedihkan. Kutepis jauh rasa tidak enak hati, lanjut bergabung bersama tiga sahabat di ruangan sebelah.
Terdengar suara, Mas Mas "ayo makan, saya kan ulang tahun", celetuk beliau. Langsung saya sambar, "ayoo..makan dimana", Siap komandan". Alhamdulillah rezeki, makan gratis dan hemat uang makan hari ini. Dua motor disiapkan, saya berboncengan dengan Mas Gugup dan yang lain berdua dengan motor satunya. Saat makan, tiga sahabat ini asyik bercengkerama, kucuri dengar obrolannya, mancing. Mereka bertiga berencana untuk menghabiskan hari libur ini dengan mancing bersama. Persiapan membeli alat pancing dan umpannya. Kucoba menghentikan pembicaraan mereka bertiga, 
“Stop, jangan diteruskan dong rencana mancingnya, perasaan saya ko tidak enak ya, lebih baik habiskan waktu bersama keluarga kalian saja, kan enak tuh", sahut saya".
"Wah,bosan Mbak", kita kan anak muda, sedikit bebas menikmati waktu gitu lho", besok juga libur, "betul tidak bro"?, seloroh Mas Heri", disambut koor setuju dari kedua kawan lainnya.

Setelah makan saya berpisah arah, kedua kawan bersepakat meneruskan untuk membeli peralatan pancing, sedangkan saya dan Mas Gugup kembali ke kantor.
Di perjalanan lancar aku mengucap, "tidak usah ikut ya", takut celaka,  jawabku setelahnya sampai di kantor. 
"Iya", sahut Mas Gugup..
Lega rasanya Mas Gugup mau mendengar nasehatku. Kecemasan yang kuraskan akhir akhir ini entah mengapa, rasanya takut sekali kehilangan tiga sahabat karibku, terutama Mas gugup. Ya..Sosoknya yang kurus tinggi, dengan raut wajah jenaka. Menurutku beliau seorang yang multi talenta, semua bisa. Sosok yang pandai membawa suasana menjadi ceria, selalu mengingatkanku tentang agama. Semuanya ideal dimataku, semoga engkau menepati janjimu , menjadi imam dan ayah buat anak anakku kelak..aamiin. Doa khusuk kupanjatkan selepas Shalat Isya, kudoakan khusus untuk kekasih hatiku, Mas Gugup. Menjelang tidur kuraih handphone, kutulis kalimat selamat malam cinta, Gugup..

Terlena dalam buaian mimpi, malam yang tenang dan sunyi, tak terasa hari menjelang pagi, adzan shubuh berkumandang, bergegas kuambil air wudhu dan menunaikan kewajiban. Berhubung hari ini libur, jadi setelah Shalat Subuh tidur kembali menjadi pilihan. Sekali kali memanjakan diri alasan pembenaran bersuara dari dalam hati, kutarik selimut dan bermimpi lagi.

Matahari baru saja naik sepenggalah, cukup sudah waktu tidurku, saatnya untuk shalat Dhuha, kucoba menghilangkan malas dan bergegas mengambil air wudu. Setelah kutunaikan shalat. Kulangkahkan kaki menuju meja makan, aroma nasi goreng tercium dihidungku, langsung berhubungan dengan perut yang mulai bersuara.
"Dasar anak gadis pemalas", suara ibu dari belakang rumah.
"Sekali-kali", Bu.
Sepiring nasi goreng sudah berpindah ke perutku, nikmatnya buatan ibu, selalu dirindukan semua buah hati.

Hari ini benar- benar kumanfaatkan untuk memanjakan diri, menonton televisi sambil bernyanyi. Suara yang buat tikus saja berlari menjauh mendengarnya, tapi terus saja saya bersenandung. Waktu menunjukkan pukul dua belas siang, mandi kemudian bersiap menunaikan Shalat zuhur. Tidur lagi, duh ..nikmatnya libur kali ini, baru saja kepala ini ingin merebahkan diri, suara handphone berdering, langsung kuangkat, terdengar suara kawanku menangis, "ada apa"! seruku, tenang,"pelan-pelan bicaranya". Perlu waktu untuk menenangkan suara kawanku di seberang sana. Kapal mengalami musibah, tersedu temanku berbicara, nadanya mulai tenang. Teringat tiga sahabat karib, yang berencana memancing.  Langsung perasaan tidak enak menyeruak di dalam hati. Duh gusti cobaan apalagi ini, bergegas kuambil kunci motor dan tas. Kantor sudah terlihat ramai, apa gerangan, ya Allah terhenyak, tak percaya, ini mimpi pikirku. Maut memang selalu membuntuti, misteri, yang tidak ada seorang pun tahu kapan menghampiri. Hidup, mati rahasia illahi, kemarin tertawa bersama, bersenda gurau, ceria, hari ini tiada. Dua orang dari sahabatku tersayang berpulang ke pangkuan Illahi. Masih terbayang keceriaan mereka. Mas Heri yang lembut, Mas Mey yang ceria, senyum dan lesung pipitnya terus terbayang di mataku. Aku terenyak sesaat, Mas gugup ya..sedari tadi aku tidak melihatnya, dimana, kemana beliau.

Kugenggam erat tanganmu,
kubisikkan lembut ditelingamu, "bangun sayang".
Mas gugup dilarikan ke rumah sakit, beliau ditemukan masih dalam keadaan hidup, tetapi kesadarannya berangsur hilang, koma. Sudah dua hari Mas Gugup berada di ruang ICU, kudampingi terus, kubacakan ayat suci untuk ketenangan jiwanya. Sehabis Ashar, keadaanmu terus memburuk, hidungmu berdarah, kritis, tepat adzan Magrib berkumandang, Allah memanggilmu pulang. Selamat jalan sayang, airmata jatuh berderai. Semua orang menyayangimu, sosok yang multitalenta, rendah hati dan penyayang itu telah pergi. Hari ini bersama teman , murid pengajian, dan semua orang yang menyayangimu, menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhirmu. Isak tangis kedua orang tuamu, masih belum mempercayai kepergian anak lelaki kebanggaan keluarga. 

Dua hari yang lalu, aku juga menghantarkan dua kawan terbaikmu ke tempat peristirahatannya yang terakhir, sekarang giliranmu. Sedih, hancur hatiku, tiga orang sahabat terbaik pergi hampir bersamaan. Sahabat sejati, sehidup semati, beristirahat dengan damai disana, semoga Allah swt mengampuni segala khilaf dan dosa. Mati tidak menunggu tua, tidak menunggu taubat kita, untuk kawan semua senantiasa siap sedia.

Polisi melakukan investigasi di tempat kejadian, garis polisi terpasang, dan tidak sembarang orang diperbolehkan masuk. Ramai surat kabar dan media televisi mengabarkan kejadian yang menewaskan kalian bertiga. Dugaan sementara dari pihak kepolisian tentang sebab kematian mereka adalah kehabisan oksigen. Mereka bertiga, sahabat karib meninggal dunia bersama, dalam keadaan tertidur, tenang dan tersenyum. Dua orang meninggal dunia di lokasi kejadian sedangkan yang seorang lagi sempat mendapatkan perawatan. Dua hari koma, akhirnya menyusul pergi dua sahabatnya tercinta. Sepenggal berita diatas di muat harian media lokal. Airmarta ini jatuh membasahi pipi, terluka hati ini, sedih, mengingatmu kawan, sahabat terbaik. Selamat jalan sayang, terima kasih untuk hadir sebentar dalam hatiku, memberikan warna dan kehangatan, semoga engkau tenang bersama dua kawanmu, mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan.






Comments

  1. Sedih bacanya...pasti tersayat sayat ini hati...
    BTW tag dialog ya mbak, diperbaiki

    ReplyDelete
  2. Terima kasih masukannya Mba,baru pertama buat he..he..kedepan in syaa allah lebih baik

    ReplyDelete
  3. ibu cerita nya mengingatkan seseorang yang paling ku sayangi, walaupun cerpen tapi ada kesamaan jalan cerita yang aku alami pada saat bulan mei...baca cerpen ini sprti flasback ke massa lalu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Wisata Belanja Batik Trusmi Cirebon

Mengenal Anggur Pohon,

Mau Seragam Batik Murah, Sentra Batik Asofa Cirebon Tempatnya.