Asal usul Danau Toba
Sore itu Toba merasakan amat lelah dan mengantuk. Tidak ada satu pun ikan yang mau memakan umpannya, rasa bosan mulai mendera, dan perut lapar tak terkira. Putus asa karena sebentar lagi senja akan berganti malam, bersiap untuk pulang meskipun hatinya merasa kecewa. Toba adalah seorang pemuda asal Sumatera utara, tekun dan rajin bekerja. Terkadang pergi membajak sawah dan sesekali pergi memancing seperti yang sedang dikerjakannya saat ini. Bersiap pulang, tiba-tiba mata kailnya seperti ada yang menarik, kuat sekali. Senang sekali hati Toba, bayangan kelaparan berganti dengan lezatnya ikan bakar.
Ikan tangkapan kali ini cukup besar, bahkan belum pernah mendapatkan sebesar ini sebelumnya. Dengan perasaan riang gembira toba pulang, diletakkan ikan hasil tangkapan sore ini di dapur. Badan yang lelah terobati sudah dengan guyuran air sejuk, segar. Sejurus kemudian Toba pergi ke dapur, teringat ikan tangkapan yang akan segera di jadikan santapan. Betapa terkejutnya Toba mendapati tempat ikan yang sudah kosong, yang ada hanya beberapa keping emas. Ke mana perginya ikan, Toba merasa kebingungan.
Toba memeriksa ruangan demi ruangan di rumahnya, terkejut sekaligus terpesona mendapati sesosok wanita ada di dalam kamarnya. Sepanjang hidup Toba belum pernah melihat kecantikan yang begitu sempurna.
“Amboi siapakah Anda nona cantik?”,” ada apa gerangan berada di kamar hamba “tanya Toba
“Saya adalah jelmaan ikan yang engkau tangkap “jawab si wanita
Singkat cerita keduanya sepakat membina rumah tangga, dengan satu permintaan dari sang pengantin wanita. Permintaan sederhana, tidak boleh ada yang mengetahui asal usul dirinya yang berasal dari seekor ikan. Permintaan itu disanggupi oleh Toba, sang pengantin pria.
Dari pernikahan keduanya lahir seorang anak laki-laki. Samosir, tumbuh menjadi anak nakal karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, terutama ibunda yang sayang sekali kepada beliau. Perangainya buruk, pemalas dan mau enak sendiri. Kedua orang tuanya bekerja siang dan malam, dia hanya duduk bermalas-malasan.
Suatu hari ibunya meminta Samosir mengantarkan makan siang untuk ayahnya. Samosir dengan bersungut dan mengomel akhirnya pergi. Karena tabiat buruk dan rakus, bekal yang dibawa dimakan, hanya sedikit makanan yang disisakan untuk ayahnya. Sementara itu, Toba merasakan kelaparan dan kehausan yang amat sangat, dia bekerja seharian. Dari kejauhan tampak Samosir datang dengan tergesa-gesa. Toba yang sedari tadi sudah menunggu, langsung mengambil bekal makanan dari tangan Samosir, tapi alangkah terkejutnya, karena isinya hanya tinggal makanan sisa.
Dengan muka merah menahan amarah Toba menghardik anaknya.
“dasar anak nakal, tidak tahu di untung, begitulah kelakuan anak dari keturunan ikan, tidak mengenal sopan santun, kau lahir dari ibu yang berasal dari seekor ikan” teriak Toba
Samosir begitu terkejut dan sedih, beliau menangis dan berlari pulang. Diceritakan semua perkataan ayah kepada ibunya. Penuh sabar sang ibu membelai kepala anaknya, semua perkataan ayahmu benar, ibumu dulu hanyalah seekor ikan, ayahmu yang menyelamatkan, sehingga ibumu bisa menjelma menjadi manusia dan melahirkanmu. Ibumu sudah menunggu saat seperti ini, sudah saatnya engkau berubah demi masa depanmu.
“sekarang sudah waktunya engkau berubah, mari kita menyusul ayahmu, bertiga kita pergi ke bukit tertinggi”, ibu Samosir berkata
Akhirnya ketiganya pergi ke bukit tertinggi, hujan besar dan petir menggelegar, menenggelamkan lembah tempat keluarga kecil itu tinggal. Lembah berubah menjadi sebuah danau yang besar sedangkan bukit tempat mereka menyelamatkan diri dinamakan pulau Samosir. Toba meminta maaf kepada istrinya, karena telah berucap kasar kepada anak mereka. Sang istri ,memaafkan dan berjanji akan mendidik anaknya lebih baik lagi, mereka hidup rukun di pulau Samosir. Samosir berjanji kepada kedua ayah bundanya untuk berubah. Menghilangkan semua perangai buruknya, semua kutukan jahat hilang, bahagia sampai akhir hayat.
Comments
Post a Comment